Breaking News

INTERNASIONAL Alasan Nama Virus Corona Diubah Jadi Covid-19 12 Feb 2020 11:40

Article image
Iustrasi virus corona yang sekarang berubah nama menjadi Covid-19. (Foto: Daily Mail)
Nama itu penting untuk mencegah penggunaan nama lain yang bisa tidak akurat atau menstigmatisasi.

JENEWA, IndonesiaSatu.co – Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mengumumkan nama baru virus corona yang telah merenggut lebih dari 1.000 orang di seluruh dunia.

Pengumuman tersebut disampaikan Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepada para wartawan di Jenewa, Swiss.

"Kita sekarang punya nama untuk penyakit tersebut, yaitu Covid-19," kata Ghebreyesus seperti dikutip dari BBC Indonesia (12/2/2020).

Penyakit itu diberi nama setelah jumlah kematian akibat virus baru corona melampaui 1.000 jiwa dan jumlah orang yang terinfeksi mencapai puluhan ribu jiwa.

Virus baru corona telah diberi nama oleh Komite Taksonomi Virus Internasional, yaitu SARS-CoV-2.

Para peneliti meminta baik penyakit maupun virus tersebut diberi nama untuk menghindari kebingungan dan stigmatisasi terhadap kelompok masyarakat atau negara tertentu.

Virus corona sendiri merujuk pada kelompok virus yang terdiri dari berbagai macam virus, termasuk yang mewabah saat ini.

"Kita harus mencarikan nama yang tidak merujuk lokasi geografis, hewan, individu, atau kelompok orang, yang juga dapat dilafalkan dan berkaitan dengan penyakit," sebut Ghebreyesus.

"Nama itu penting untuk mencegah penggunaan nama lain yang bisa tidak akurat atau menstigmatisasi. Kami juga mendapat format standar untuk wabah virus corona di masa mendatang," lanjutnya.

Nama baru yang dimunculkan, diambil dari kata "corona", "virus", "penyakit", serta 2019 sebagai penanda waktu ketika wabah terjadi (wabah dilaporkan ke WHO pada 31 Desember 2019).

Saat ini ada lebih dari 42.200 kasus yang terkonfirmasi di seantero China. Adapun jumlah kematian akibat penyakit Covid-19 telah melampaui jumlah korban meninggal dunia saat Sars mewabah pada 2002-2003.

Pada Senin (10/02) saja, sebanyak 103 orang meninggal dunia di Provinsi Hubei—rekor terbanyak dalam sehari. Jumlah kematian Covid-19 di China kini mencapai 1.016 orang.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan masih ada peluang realistis untuk membendung penyakit jika terdapat sumber daya yang cukup untuk melawannya.

--- Simon Leya

Komentar