Breaking News

WAWANCARA Arniza Sanjaya: Kain Tapis, Globalisasi, dan MEA 2016 02 Oct 2016 12:52

Article image
Finalis Putri Indonesia 2004, Arniza Sanjaya. (Foto: Ist)
Dari tanah kelahirannya di Lampung, Niza mengangkat kain tapis sebagai produk tradisi yang dapat dibawa dalam masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).

GLOBALISASI menghadirkan pertemuan lintas batas: lintas kebudayaan, lintas keanekaragaman, lintas pertemuan bisnis. Ada anggapan bahwa kemajuan globalisasi dapat menghapus nilai-nilai tradisi. Globalisasi dijadikan seolah-olah sebagai lawan dari ketahanan nilai-nilai tradisi dalam hidup dan kebudayaan rakyat Indonesia.

Dalam wawancara eksklusif dengan media IndonesiaSatu.co, Arniza Sanjaya, model, pecinta dan pegiat nilai-nilai lokal, pemain serial film, dan sineas sinetron dari Provinsi Lampung justru mengajukan pendapat sebaliknya.

Globalisasi dapat melahirkan glokalisasi; menghadirkan nilai-nilai lokal untuk berprestasi di tingkat global. Produk-produk tradisi dapat diangkat ke dunia internasional sebagai bagian dari pertukaran kebudayaan. Indonesia sebagai bagian dari perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2016 dapat mengangkat nilai-nilai kekayaan tradisi Indonesia. Dari tanah kelahirannya di Lampung, Niza (panggilan akrabnya) mengangkat kain tapis sebagai produk tradisi yang dapat dibawa dalam masyarakat ekonomi ASEAN.

Berikut wawancara lengkap dengan Finalis Putri Indonesia 2004 itu;

Ceritakan bagaimana Anda menyimpulkan bahwa globalisasi dapat menjadi kesempatan untuk mengangkat nilai-nilai tradisi?

Saya sering mendengar pembicaraan teman-teman atau para ahli yang sering mengatakan bahwa globalisasi sangat bertentangan dari budaya. Namun, ketika mulai membaca dari buku-buku dan berdasarkan pengamalan pribadi, saya mendapat pemahaman sebaliknya. Globalisasi dapat digunakan untuk mempromosikan nilai-nilai tradisi di mana saya lahir.

Setelah mengikuti pemilihan Putri Indonesia 2004 kemudian tinggal di Jakarta, saya mengalami sendiri bagaimana dunia film, sinetron, dan bisnis tidak dapat melupakan tradisi. Bahkan, film ataupun sinetron yang mengangkat nilai-nilai tradisi justru lebih banyak meraih minat publik. Saya tiba pada simpulan, bahwa local tradition brand menjadi kesempatan unik dan strategis untuk mengangkat nilai-nilai lokalitas ke pentas dunia internasional.

Lalu, mengapa Anda memilih kain tapis?  

 Saya memilih kain tapis karena memiki potensi besar di dalamnya. Potensi kain tapis tersebut semakin saya sadari ketika bergabung dengan sahabat-sahabat saya dalam pemilihan Putri Indonesia 2004.

Ada kebanggaan ketika memakai kain tapis. Perasaan yang sama juga dirasakan oleh kontestan lainnya yang memakai pakaian adat dari daerahnya masing-masing. Kain tapis yang saya kenakan saat itu memberikan kenyamanan, kepercayaan diri, dan kebanggaan karena dapat mewakili tradisi daerah yang saya wakili. Saya pun tertarik untuk semakin mengenal kain tapis dan menggali potensi-potensinya.

Sebagai kerajinan tradisional, kain tapis memiliki dua potensi yang menarik untuk dilestarikan dan dipelajari, yaitu motif kain tapis dan makna yang tersembunyi di balik motif.

Untuk yang pertama, motif-motif kain tapis memiliki keunikan, karena menggambarkan nilai-nilai luhur masyarakat Lampung. Keunikan ini menjadi potensi yang sangat besar jika dapat dimanfaatkan sesuai selera berbusana masyarakat modern.

Menurut saya,  telah terjadi pergeseran selera berbusana dalam masyarakat modern kita saat ini. Artinya, cara masyarakat modern berpenampilan berbeda dengan masyarakat tradisional di masa lampau. Kain tapis dengan desain kebutuhan modern perlu dilakukan dengan cermat, untuk kemudian memenuhi selera masyarakat yang terus berubah.

Selain itu, kain tapis dapat digunakan untuk memperkenalkan nilai-nilai tradisi masyarakat Lampung. Lukisan-lukisan motif dari kain tapis, menurut saya, sudah menjadi bagian dari warisan budaya masyarakat adat Lampung yang harus dilestarikan. Mengangkat nilai kain tapis berarti mempelajari pesan-pesan moral dan makna nilai-nilai budaya Lampung yang terdapat dalam kain tapis itu.

Dengan mempelajari kain tapis maka akan muncul pemahaman yang baik dan benar tentang nilai-nilai budaya masyarakat Lampung. Nilai-nilai budaya itu diolah sesuai konteks zaman artinya dapat dijadikan pijakan berpikir untuk menata kehidupan bersama. Ini tentunya akan memberikan dampak positif untuk mempererat ikatan kerukunan dan ikatan sosial masyarakat Lampung di mana saja.    

Apakah Anda secara singkat dapat menggambarkan kain tapis dari masyarakat Lampung?

Kain tapis adalah salah satu warisan budaya masyarakat Lampung. Kain tapis sudah sangat terikat dengan kebudayaan masyarakat Lampung. Kain tapis menjadi satu kesenian tradisional Lampung dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat dan hubungan dengan pencipta alam semesta.

Kain tapis dapat menggambarkan strata-strata sosial dari masyarakat kami; menunjukkan posisi sebagai pengantin, istri kepala suku, keluarga pengantin, dan lain-lain. Dari kain tapis, saya bisa menjelaskan identitas seseorang dalam masyarakat adat Lampung, terutama dalam upara perkawinan adat.

Untuk membuat kain tapis para pengrajin biasanya menggunakan benang kapas. Sedangkan untuk motif yang ada dalam kain tapis biasanya diambil dari bahan benang perak dan emas. Melukiskan motif gambar pada kain tapis umumnya dikerjakan dengan cara menyulam. Para pengrajin membuat motif kain tapis dengan berbagai motif, seperti pohon, bunga, perahu, matahari, bulan dan lain-lain.

Pada masa lampau, perempuan Lampung biasanya menggunakan kain tapis dalam kegiatan-kegiatan adat seperti; perkawinan adat, menikahkan anak, dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kesultanan dan kerajaan. Kini kain tapis tidak selalu dikenakan dalam kegiatan-kegiatan adat seperti itu, tetapi juga dalam kegiatan sehari-hari seperti; pesta muda-mudi, acara-acara resmi pemerintah, ataupun berbelanja.

Bagaimana kaitan antara globalisasi, kain tapis dan MEA?

Sebagaimana saya tekankan sebelumnya bahwa globalisasi yang menghasilkan globalisasi pasar bebas dapat dimanfaatkan untuk mengangkat nilai-nilai tradisi, dan saya memilih kain tapis karena pertimbangan potensi nilai dan keindahannya untuk diterima dalam pergaulan budaya dan juga pasar modern.

Kain tapis dapat memperkenalkan budaya masyarakat Lampung, menguatkan Indonesia sebagai Negara dengan kekayaan budaya (dan kerajinan tradisionalnya), dan juga sebagai bagian dari dialog antara Indonesia dengan dunia.

Di sini, kain tapis dapat memiliki manfaat bagi Indonesia di era MEA 2016. Artinya, kain tapis menjadi salah satu bagian dari kekayaan budaya Indonesia untuk dikenal bangsa-bangsa lain.

Menurut Anda, bagaimana caranya?

Menurut saya, memperkenalkan kain tapis harus melibatkan tiga komponen penting; pertama, pemerintah. Pemerintah di Lampung baik dari tingkat Kabupaten hingga Provinsi dapat secara terus-menerus memberikan promosi berupa pelatihan pembuatan kain tapis, penyaluran pembuatan kain tapis, dan juga menginisiasi pameran-pameran yang memperkenalkan kain tapis di tingkat daerah, nasional, bahkan internasional. Karena itu, perlu dibentuk tim promosi yang secara khusus menangani kain tapis.

Pemerintah dapat memberikan pendampingan dan dukungan supaya produksi dan desain kain tapis menjadi bagian dari revolusi mental dan ekonomi kreatif masyarakat Lampung.

Kedua, masyarakat Lampung. Masyarakat Lampung perlu mendapat pembekalan tentang pentingnya kain tapis, dan potensi kekayaan nilai untuk menjadi strategi kreatif menyongsong MEA. Kain tapis adalah bagian dari warisan kebudayaan yang senantiasa harus dilestarikan. 

Ketiga, komunitas bisnis. Komunitas bisnis dapat menggunakan strategi bisnis yang ramah kebudayaan masyarakat untuk mengangkat produk-produk kain tapis tersebut.

Kerja sama antara tiga komponen ini, bagi saya, sangat efektif untuk mempertahankan keberadaan kain tapis di tengah globalisasi, terutama dalam promosi kain tapis di era MEA 2016. Mari melestarikan kain tapis!

--- Redem Kono

Komentar