Breaking News

REGIONAL BPS: NTT Alami Deflasi Periode Juli-Agustus 2020 07 Sep 2020 19:22

Article image
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT dalam salah satu sesi Penyajian Data. (Foto: Garda Indonesia)
"BPS masih mencatat atau memotret kinerja ekonomi. Jika deflasi terus terjadi, maka berbahaya. Mudah-mudahan pada September tidak terjadi lagi deflasi, sebab kalau deflasi terus-menerus, maka terjadi resesi ekonomi," imbuh Sitorus.

KUPANG, IndonesiaSatu.co-- Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami deflasi sebesar 0,32 persen periode Juli 2020, dengan pertumbuhan ekonomi triwulan II (April-Juni 2020) mengalami kontraksi -1,96 persen year on year, meski angka itu tidak sebesar provinsi lain di Indonesia bahkan secara nasional.

Demikian pernyataan resmi itu diutarakan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT, Darwis Sitorus dalam jumpa media secara tatap muka, Selasa (1/9/2020) seperti dilansir Garda Indonesia.

Sitorus belum memastikan; apakah kondisi pertumbuhan ekonomi serupa bakal dialami oleh NTT pada triwulan III, termasuk dampak penurunan ekonomi tersebut dominan oleh wabah Covid-19.

Menurutnya, kondisi penurunan ekonomi NTT juga disebabkan oleh perubahan musim, selain disebabkan oleh pandemi Covid-19.

"Komposisi atau profil ekonomi NTT memang agak berbeda dengan provinsi lain yang hanya mengandalkan sektor pertanian. Ada 3 sektor besar yang mendorong pertumbuhan ekonomi NTT yakni pertanian, kehutanan, perikanan; administrasi pemerintah, dan perdagangan," ujarnya.

Kondisi tersebut, kata dia, memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi NTT.

"Terkait administrasi pemerintah, sebagian besar anggaran diperuntukkan untuk menghadapi Covid-19, demikian pula perdagangan masih belum pulih karena daya beli masyarakat belum maksimal," bebernya.

Ia menambahkan bahwa Pemprov NTT pun telah menggelontorkan bantuan untuk menstimulus kinerja ekonomi.

"BPS masih mencatat atau memotret kinerja ekonomi. Jika deflasi terus terjadi, maka berbahaya. Mudah-mudahan pada September tidak terjadi lagi deflasi, sebab kalau deflasi terus-menerus, maka terjadi resesi ekonomi," imbuhnya.

Sementara laju inflasi di Provinsi NTT, lanjut Kepala BPS NTT yang baru menjabat sekitar 7 bulan ini, menguraikan bahwa deflasi NTT pada Juli 2020 sebesar 0,32 persen dan pada Agustus 2020 sebesar 0,71 persen (naik 0,39 persen).

"NTT pada Agustus 2020 mengalami Deflasi sebesar 0,71 persen atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 103,55 pada bulan Juli 2020 menjadi 102,82 pada Bulan Agustus 2020. Deflasi ini disebabkan oleh penurunan indeks harga pada 7 dari 11 kelompok pengeluaran," urainya.

Deflasi ini, kata Darwis, disebabkan oleh penurunan indeks harga pada 7 dari 11 kelompok pengeluaran dengan tingkat inflasi Agustus 2020 yakni; makanan, minuman, dan tembakau (-2,12%); pakaian dan alas kaki (-0,08 %); perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (-0,03 %); perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga (-0,01%); transportasi (-0,73%); informasi, komunikasi dan jasa keuangan (-0,05%) dan penyediaan makanan dan minuman/restoran (-0,03%).

--- Guche Montero

Komentar