Breaking News

MAKRO Chatib Basri: Ekonomi Hanya Tumbuh 5 % akan Timbulkan Beban Fiskal 21 Nov 2017 23:21

Article image
Pengamat Ekonomi yang juga mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri. (Foto: Ist)
Pertumbuhan ekonomi kisaran lima persen, karena akan menimbulkan beban fiskal, setelah berkurangnya produktivitas masyarakat dan masih rendahnya pendapatan per kapita.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Pengamat Ekonomi yang juga mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, mengingatkan ekonomi Indonesia tidak cukup jika hanya tumbuh stagnan di kisaran lima persen, karena akan menimbulkan beban fiskal, setelah berkurangnya produktivitas masyarakat dan masih rendahnya pendapatan per kapita.

Basri dalam sebuah paparan ekonomi di Jakarta, Selasa (21/11) mengatakan, gejala stagnasi pertumbuhan ekonomi lima persen itu bisa menimbulkan fenomena "tua sebelum kaya".

Fenomena itu menggambarkan beban anggaran negara yang bertambah karena populasi penduduk dengan usia yang tak lagi produktif, lebih banyak dibanding penduduk usia produktif.

Dia memperkirakan fenomena itu bisa terjadi di 2050 ketika negara harus mengucurkan anggaran untuk jaminan kesehatan bagi banyak penduduk usia tua. Anggaran itu tentunya harus dibiayai dengan penerimaan negara yang memadai.

"Kalau tua sebelum kaya, beban negara dengan aging population yang sudah berhenti kerja jadi enggak bayar pajak dan masih hidup, butuh kesehatan dari BPJS Kesehatan. Harus ada beban fiskal yang besar," kata dia.

Pengajar di Univeristas Indonesia itu menyebutkan fenomena serupa juga bisa dialami Jepang, Korea Selatan, dan juga Australia. Namun, mereka punya bekal memadai karena pendapatan penduduknya mencapai 40.000 dolar Amerika Serikat perkapita.

Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata lima persen, maka pada 2050 pendapatan perkapita Indonesia hanya ada di kisaran 20.000 dolar Amerika Serikat, sementara jumlah penduduknya sangat banyak; saat ini ada di urutan keempat dunia setelah China, India, Amerika Serikat.

"Bedanya ketika masuk aging population income per kapitanya 40.000 dolar AS. Indonesia di 2050 kalau lima persen pertumbuhannya baru 20.000 dolar Amerika Serikat. Ini supaya pertumbuhannya dipercepat," kata Basri.

Pada 2016, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,02 persen. Pada 2017, target pemerintah adalah 5,2 persen dan saat ini sudah memasuki triwulan akhir tahun. Secara umum, yang bisa turut menyumbang angka pertumbuhan ekonomi itu adalah konsumsi dalam negeri, dan belanja modal serta pembangunan pemerintah.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, sebelumnya mengatakan, Indonesia memang perlu memompa pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.

Salah satu cara untuk memompa pertumbuhan itu, menurut Sri Mulyani, adalah dengan investasi di sektor SDM dengan meningkatkan kualitas bidang pendidikan dan kesehatan. "Ini investasi yang besar untuk peningkatan kualitas hidup," ujarnya.

--- Sandy Javia

Komentar