Breaking News

BERITA FAPP Nilai "KAMI" Bukan Wadah yang Tepat Selamatkan Indonesia 20 Aug 2020 21:10

Article image
Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) saat menggelar Deklarasi di Tugu Proklamasi, Jakarta. (Foto: m.detik.com)
"Bagaimana KAMI mau menyelematkan Negara ini, sementara mereka sendiri perlu diselamatkan," timpal Petrus.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co-- Forum Advokat Pengawal Pancasila (FAPP) ikut menyoroti konfigurasi kelompok yang mengatasnamakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang sudah dideklarasikan di Tugu Proklamasi, sehari setelah HUT ke-75 RI yaitu pada tanggal 18 Agustus 2020.

Ketua Task Force FAPP, Petrus Selestinus, kepada media ini, Kamis (20/8/20) mengatakan bahwa tanggung jawab menyelamatkan Indonesia adalah hal baik bagi setiap orang warga negara Indonesia.

Meski demikian, mempercayakan penyelamatan Indonesia sebagai negara yang besar dan berkonstitusi kepada segelintir orang dalam wadah KAMI, "nanti dulu", karena mereka bukan orang yang tepat, terhadap apa yang diucapkan dengan apa yang dibuat.

Menurut Petrus, menyelamatkan Indonesia dalam agenda KAMI adalah melengserkan Presiden Jokowi. 

"Ternyata upaya melengserkan Jokowi tidak berhenti pada gerakan #2019 Ganti Presiden, yang gagal dieksekusi pada 2019, tetapi upaya pelengseran Presiden Jokowi terus bermetamorfosa dalam kemasan yang berbeda yaitu melalui KAMI yang dikoordinir oleh Din Syamsuddin, dkk," sorot Petrus.

Petrus menilai, spirit gerakan yang dibangun tetap sama, yaitu melengserkan Presiden Jokowi, dengan kemasan menyelamatkan Indonesia. 

Pasalnya, dalam pandangan KAMI, menyelesaikan persoalan bangsa cukup dengan melengserkan Jokowi, maka bangsa ini serta-merta lepas dari berbagai persoalan sebagaimana dituangkan dalam 8 point tuntutan KAMI.

Banyak pihak tidak percaya dan tidak mendukung aksi KAMI, kecuali hanya mendapat pernyataan dukungan dari PA 212 yang berharap agar KAMI yang dimotori oleh Din Syamsuddin, Cs, benar-benar melakukan aksi-aksi nyata (jangan hanya wacana) yaitu menyelematkan bangsa Indonesia dari berbagai personal yang terjadi saat ini.

Gagal Mengeksekusi Program

Melihat konfigurasi kelompok di dalam KAMI, kata Petrus, sesungguhnya mereka terdiri dari orang-orang gagal yang sebelumnya tergabung dalam Gerakan #2019 Ganti Presiden.

"Sehingga dapat dipastikan bahwa KAMI merupakan 'casing' baru yang meneruskan misi #2019 Ganti Presiden yang gagal dieksekusi, karena nasib KAMI tidak akan jauh berbeda dengan #2019 Ganti Presiden," ujarnya.

Advokat Peradi ini menyentil bahwa KAMI adalah kumpulan tokoh-tokoh yang merasa hebat pada bidangnya, memiliki nafsu besar tetapi tenaga kurang, sekedar untuk mengeksekusi program di bidangnya sendiri saja gagal; ada yang pernah menjadi anggota Kabinet Jokowi, ada yang dari Legislatif, ada politisi yang gagal membangun Partai Politik, bahkan ada aktivis latah yang selalu muncul dari panggung yang satu ke panggung lain.

Ia menyinggung bahwa sebelumnya gerakan #2019 Ganti Presiden, gencar dikampanyekan sekelompok kecil masyarakat. Mereka adalah Neno Warisman, Ratna Sarumpaet, Achmad Dhani, Rocky Gerung, dkk, dengan daya dukung 4 Parpol pengusung Capres Prabowo-Sandi dan pentolan PA 212.

Sementara beberapa tokoh elit di KAMI, tidak muncul dalam gerakan #2019 Ganti Presiden, diduga bersepekulasi agar ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Menteri.

"Secara konstitusi boleh-boleh saja KAMI melakukan aksinya, sepanjang sifatnya menyalurkan aspirasi atau gagasan-gagasan demi memajukan pembangunan bangsa. Namun untuk target menyelamatkan Indonesia, KAMI bukanlah orang yang tepat apalagi narasinya cabut mandat dan mengajak rakyat menghancurkan pemerintahan, itu kualifikasinya menjadi delik makar," timpal Petrus.

KAMI Menjadi Kontraproduktif

Petrus berpandangan bahwa manuver gerakan KAMI menjadi kontra produktif, selain karena tidak cukup punya legitimasi, juga karena mayoritas tokohnya selama ini hanya bersuara lantang menyerang kebijakan Pemerintah dari sudut pandang oposisi tetapi minus solusi. 

Selain itu, tokoh-tokohnya juga tempo-tempo muncul lalu hilang dan akan muncul lagi dengan 'casing' baru isu lama, terutama jualan isu PKI.

"Jika tujuannya ingin mengadvokasi kepentingan bangsa demi perbaikan, maka tidak cukup hanya mengumpulkan tokoh-tokoh tua yang sudah tidak punya energi, tidak memiliki wadah Advokasi yang permanen sebagaimana layaknya gerakan Advokasi dalam sebuah negara demokrasi. Mereka tidak punya wadah Advokasi yang permanen untuk kepentingan bangsa, sehingga sia-sia jika hanya berteriak soal perubahan," sentilnya.

Postur dan gestur tokoh-tokoh dalam KAMI, lanjutnya, sudah dihafal publik, mereka terdiri dari tokoh-tokoh gaek yang minim daya dukung dalam berbagai aspek (aspek kekuatan politik, aspek legalitas, aspek ekomomi, dll). Bahkan, tampilan tokoh-tokoh KAMI, justru berbeda dengan tokoh-tokoh gerakan #2019 Ganti Presiden, yang lebih energik, karena didukung oleh 4 Parpol pendukung Paslon Pilpres Prabowo-Sandi.

Ia menimpali tagline KAMI yakni 'Selamatkan Indonesia'. Indonesia diibaratkan sebagai sebuah kapal besar yang sedang oleng dan hampir karam, tidak linear dengan target yang hendak dicapai yaitu pelengseran Jokowi dan penyelamatan Indonesia.

"Bagaimana KAMI mau menyelematkan Negara ini, sementara mereka sendiri perlu diselamatkan," timpalnya.

Bahkan, konteks Penyelamatan Indonesia dinarasikan dengan melengserkan Presiden Jokowi, mendesak agar Jokowi mundur dari jabatan Presiden atau MPR menggelar sidang Istimewa memakzulkan Presiden Jokowi. 

"Semudah itukah cara yang ingin dicapai untuk mencapai tujuan KAMI, tidak ada yang percaya. Terutama karena mereka adalah kumpulan dari tokoh-tokoh yang gagal mengeksekusi gagasanya sendiri," pungkasnya.

--- Guche Montero

Komentar