Breaking News

INTERNASIONAL Kawasan Teluk Memanas, Jerman Hentikan Latihan Militer di Irak 16 May 2019 14:59

Article image
Tentara Jerman melatih pasukan Peshmerga di Irak utara. (Foto: welt.de)
Sekitar 160 tentara Jerman sedang bertugas di Irak saat ini dengan misi di antaranya melatih pejuang-pejuang Kurdi di wilayah utara Irak untuk melawan organisasi teroris ISIS.

BAGHDAD, IndonesiaSatu.co -- Pemerintah Jerman mengundurkan diri dari program pelatihan militer Irak menyusul ketegangan yang semakin meningkat di kawasan Timur Tengah.

Seperti dikutip dari laman Tagesschau.de, Kamis (16/5/2019), seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman mengatakan, disinyalir ada ancaman serangan dari kelompok yang didukung Iran.

Keputusan tersebut juga dikaitkan dengan pernyataan dari Komando Pusat Militer AS yang meminta pasukan di Irak dan Suriah agar siaga menghadapi ancaman dari pasukan Iran di kawasan itu.

Meski dihentikan, otoritas militer Jerman mengatakan, program pelatihan militer di Irak akan dilanjutkan kembali di masa depan jika situasi kembali kondusif.

“Program pelatihan ini bisa kembali digelar di waktu-waktu mendatang,” ujar jubir militer Jerman yang tidak disebutkan namanya seperti dikutip dari Tagesschau.de.

Diperkirakan sekitar 160 tentara Jerman yang sedang bertugas di Irak. Salah satu misinya adalah melatih pejuang-pejuang Kurdi di wilayah utara Irak untuk melawan organisasi teroris ISIS.

Situasi di kawasan Timur Tengah memburuk dalam sepekan terakhir setelah AS mengerahkan kapal induk “USS Abraham Lincoln” dan sejumlah kapal perang serta pesawat pengebom ke kawasan Teluk.

Selain itu, penempatan sistem rudal pertahanan Patriot di kawasan Teluk juga telah disetujui oleh Menteri Pertahanan AS, Patrick Shanahan.

Sebelumnya Presiden AS Donald Trump menegaskan, kehadiran armada AS di Timur Tengah antara lain bertujuan untuk memperingatkan Iran agar tidak menyerang kepentingan AS di kawasan tersebut.

“Jika Iran melakukan sesuatu (terhadap kepentingan AS), itu akan menjadi kesalahan yang buruk. Jika mereka melakukan sesuatu, maka mereka akan sangat menderita,” ujar Trump seperti dikutip berbagai media massa internasional.

--- Rikard Mosa Dhae