Breaking News

INSPIRASI Kembangkan Pertanian Organik Terpadu, Gestianus Jadi Pembicara IDF di Jakarta 26 Jul 2019 00:03

Article image
Petani muda asal Sikka, Gestianus Sino saat menjadi salah satu pembicara IDF 2019 di Jakarta. (Foto: ekorantt.com)
"Bukan tidak mungkin, orang NTT dapat sejahtera dari bertani," yakin Gesti.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co-- Petani muda asal Desa Liakutu, kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Gestianus Sino menjadi salah satu pembicara dalam Indonesia Development Forum (IDF) 2019 yang digelar di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC) pada 22-23 Juli 2019.

Pria yang akrab disapa Gesti ini sukses mengembangkan pertanian organik terpadu di Matani, Desa Penfui Timur, Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Ia sukses mengawinkan pertanian, peternakan, perikanan, dan kegiatan pertanian dalam satu lahan.

Pada akhir tahun lalu, Gesti juga terpilih menjadi Duta Petani Muda 2018 setelah menyisihkan ratusan peserta utusan dari 33 provinsi di seluruh Indonesia.

Dilansir ekorantt.com, pada forum IDF 2019, Gesti diberi kesempatan untuk membagikan pengalamannya dalam usaha mengelola pertanian organik terpadu.

Dalam syering pengalamannya sebagai petani muda, pria kelahiran 22 April 1983 ini membeberkan beberapa alasan mendasar yang memacunya mengembangkan usaha pertanian di Kupang.

Dalam benaknya, ia berpikir, bagaimana masyarakat bisa merekayasa lahan untuk ketersediaan pangan berkelanjutan di tengah lahan yang tidak memungkinkan.

“Setiap petani di Kupang memiliki lahan rata-rata 1000 m2 hingga 10.000 m2, namun 90% lahan itu batu karang. Banyak petani yang pasrah lalu menjual lahan. Dan 1.739 orang mejadi buruh migran, di dalam dan luar negeri,” ujarnya.

Namun di lain sisi, dirinya mengaku berhadapan dengan kenyataan bahwa pertanian adalah hajat hidup orang banyak. Semua orang butuh pangan.

Alasan kedua yang disampaikan, setelah matang dengan ide, tamatan Fakultas Pertanian Undana Kupang ini mulai bekerja.

Gesti mengaku, pertama-tama ia harus mencungkil karang untuk mendapatkan tanah yang cocok untuk pertanian, kemudian melakukan treatment dasar dengan pupuk organik dari bahan lokal, pemilihan bibit sayur dan buah, dan penggunaan pupuk dan pestisida organik.

"Pada fase ini, saya mulai melakukan kegiatan pertanian terpadu dengan menggabungkan ikan lele, ayam kampung, ternak kambing, aquaponic, semuanya dalam satu lahan. Hasilnya dijual dan kebun tersebut dijadikan sebagai sekolah pertanian," terangnya.

Alasan ketiga yakni, lewat kerjanya itu, ia mengaku berhasil mencukupi kebutuhan pangan dan memperoleh penghasilan dari perjualan hasil pertanian. Ia juga membuka layanan konsultasi dan fasilitator pertanian bagi banyak orang yang datang belajar di kebunnya.

Gesti mengaku, ia sering diundang menjadi narasumber di beberapa kegiatan, menjadi pendamping usaha tani kelompok binaan Bank Indonesia Cabang NTT, juga pendamping usaha tani para pensiunan Bank Mandiri.

Suami Kristiani Paskalista Pati ini pun terpilih menjadi Duta Petani Muda Terbaik Indonesia Tahun 2018 dan sempat belajar pertanian di Australia.

Alasan keempat bagi Gesti yakni, dari kerja pertaniannya, ia menemukan bahwa pangan dan uang ada di NTT, sehinhga tidak perlu menjadi buruh ke luar negeri.

Menurutnya, pertanian begitu menjanjikan, asalkan petani menerapkan pola pertanian yang tepat.

"Bukan tidak mungkin, orang NTT dapat sejahtera dari bertani," yakinnya.

Selain pola pertanian, kata Gesti, seorang petani, harus fokus dan tekun serta total mendayagunakan lahan.

"Pertanian organik terpadu cocok diterapkan di NTT, karena menciptakan ketersediaan pangan, sehat dan mendukung kemandirian petani," nilainya.

Alasan kelima yang terus mendorongnya yakni target dan tujuan dari usahanya tersebut.

Ia mengaku memiliki dua target yakni, masyarakat NTT akan berkecukupan pangan melalui replikasi pertanian organik terpadu.

"Selain mendukung ketersediaan pangan, target lain yakni membangun sinergisitas dengan pemerintah, swasta, maupun kelompok tani dalam mengembangkan  pertanian organik terpadu," tandasnya.

Untuk diketahui, Indonesia Development Forum (IDF) merupakan forum pertukaran gagasan bagi praktisi pembangunan yang diselenggarakan oleh Bappenas.

Dalam forum ini, para praktisi pembangunan diberi ruang untuk memaparkan 'penelitian, wawasan, praktik cerdas dan pembelajaran, dari akar rumput sampai tingkat nasional, serta pengalaman internasional yang relevan bagi konteks Indonesia,' demikian ditulis dalam Indonesiadevelopmentforum.com.

Melalui berbagai sesi interaktif, forum ini mendorong pemikiran dan pendekatan baru dalam menghadapi berbagai tantangan pembangunan utama Indonesia.

--- Guche Montero

Komentar