Breaking News

PERTANIAN Kementan Luncurkan Program “Bekerja” Entaskan Kemiskinan Desa 25 Apr 2018 14:42

Article image
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman saat peluncuran Program "Bekerja" di Cianjur, Jawa Barat (Foto rilis.id)
“Selain sinergis antar-lembaga pemerintah, sejumlah universitas, organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan, dan organisasi-organisasi lain yang punya fokus program pemberdayaan pertanian dan pengentasan kemiskinan, juga diharapkan bisa berpartisipasi a

CIANJUR, IndonesiaSatu.co-- Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) membuat gerbrakan baru guna mengentaskan kemiskinan di desa lewat Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja). Acara peluncuran Program tersebut berlangsung di Desa Cikencana, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (23/04/18).

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa peluncuran Program khusus tersebut bertujuan mengentaskan kemiskinan di 1.000 desa di 100 kabupaten yang sudah menjadi prioritas dan sudah terdata.

"Ini adalah program Kementan bekerja sama dengan Kementerian Sosial (Kemensos), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Badan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kita sinergi atas perintah Presiden. Ini adalah solusi permanen untuk entaskan kemiskinan di desa," ujar Menteri Amran seperti dilansir Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian lewat situs resmi www.kementan.go.id.

Ditargetkan, program ini dapat menjangkau 1.000 desa di 100 kabupaten dengan angka kemiskinan secara agregat mampu ditekan sesuai target pemerintah menjadi satu digit atau di bawah 10 persen pada 2018. 

“Sesuai arahan Presiden Jokowi, Program Bedah Kemiskinan ini adalah bagian program padat karya tunai berbasis pada pertanian. Sektor pertanian harus menjadi ujung tombak untuk menekan angka kemiskinan serta mengangkat kesejahteraan petani khususnya di desa,” kata Amran.

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin sudah turun signifikan dari 10,96% (27,73 juta orang) pada Septeber 2014 menjadi 10,12% (26,58 juta orang) di September 2017. Dari total penduduk miskin di 2017 sebesar 26,58 juta orang, 16,31 juta orang diantaranya (13,47%) dengan skenario optimis, dalam lima tahun ke depan angka kemiskinan desa dapat diturunkan menjadi 9,92%. Dengan kata lain, pada tahun 2022, 1 juta rumah tangga miskin dapat terentaskan dari kemiskinan dari posisi saat ini 3,6 juta rumah tangga.

Menteri Amran menegaskan bahwa program tersebut harus dapat menjadi solusi permanen pengentasan kemiskinan dengan menyasar jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

“Untuk jangka pendek, tanaman sayuran bisa menjadi solusi karena tiga bulan sudah bisa panen.Untuk jangka menengah, kita dorong melalui peternakan ayam dan kambing yang bisa diperoleh hasil setelah enam bulan.Sementara untuk jangka panjang tanaman keras seperti mangga, salak dan lain-lain akan dioptimalkan,” kata Amran.

Ia menuturkan, setiap rumah tangga miskin akan menerima bantuan 50 ekor ayam, 3 ekor kambing/domba, 5 ekor kelinci beserta kandang dan pakan selama 6 bulan, 2-3 batang bibit mangga/manggis/durian/pisang/pepaya, 2-3 batang bibit kopi/kakao/pala/lada dan 10 batang bibit cabai/bawang merah.  

“Secara khusus, Kementan telah melakukan refocusing anggaran untuk menyediakan 10 juta ekor ayam.Program Bekerja memanfaatkan pekarangan masyarakat secara intensif untuk pertanian,” terang Amran.

Terkait efektivitas distribusi program, Kementan memperhatikan agro-climate, kultur tanaman, serta keunggulan komparatif yang dimiliki oleh setiap daerah. Hal ini bertujuan agar Program Bekerja bisa mewujudkan klaster ekonomi yang fokus sehingga bisa menopang skala industri di daerah.

“Pada setiap klaster ekonomi dikembangkan usaha hulu (produksi) hingga hilir (pengolahan dan pemasaran). Untuk memastikan program tersebut bisa tepat sasaran, Kementan membentuk tim yang langsung turun ke lapangan untuk penerapannya. Menggunakan data yang sudah ada, Kementan akan fokus pada mereka yang benar-benar membutuhkan,” lanjutnya.

Terdapat sejumlah provinsi prioritas sebagai awal yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Sumsel, Lampung, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.

Kementan berharap program ini dapat berjalan dengan baik dengan menjalin sinergi berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta stakeholders terkait.

“Selain sinergis antar-lembaga pemerintah, sejumlah universitas, organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan, dan organisasi-organisasi lain yang punya fokus program pemberdayaan pertanian dan pengentasan kemiskinan, juga diharapkan bisa berpartisipasi aktif,” harapnya.



--- Guche Montero

Komentar