Breaking News

REFLEKSI Kuasa Tuhan, "Tangan Tak Terlihat" 12 Dec 2019 10:05

Article image
Ilustrasi ujian badai. (Foto: wallpapersBuzz)
Pengalaman itu dan aneka pengalaman personal lainnya membuat saya sungguh yakin, Tuhan bekerja secara nyata meski Dia tak kelihatan.

Oleh Valens Daki-Soo

 

BAGI sebagian orang, nama John Newton bukan sosok yang asing. John diasuh oleh seorang ibu Kristen yang mengajarinya Alkitab pada usia dini. Ayahnya meninggal karena TBC ketika ia berusia tujuh tahun. Pada usia 11, Newton melanjutkan perjalanan pertamanya dari enam perjalanan laut dengan kapten angkatan laut.

Newton menghabiskan masa remajanya di laut. Ia kemudian memberontak terhadap disiplin Angkatan Laut Kerajaan dan meninggalkannya. Dia ditangkap, disetrika dan dicambuk. Lebih dari itu, Newton mengusung prinsip-prinsip pemikiran bebas, sombong dan tidak patuh, dan hidup dengan pengabaian moral.

Dia juga pernah bekerja dengan pedagang budak bernama Clow, yang memiliki perkebunan jeruk di sebuah pulau di lepas pantai Afrika barat. Tapi dia diperlakukan dengan kejam oleh Clow dan nyonya. Dia terpaksa mengemis makanan untuk mengisi perutnya.

Pada sebuah pelayaran, ketika kapal dihantam badai hebat, Newton membaca The Imitation of Christ karya Thomas  A Kempis. Dia terpana pada satu  kalimat , "kelanjutan kehidupan yang tidak pasti." Dia juga mengingat bagian dalam Amsal, "Karena aku telah memanggil dan kamu telah menolak, ... Aku juga akan menertawakan musibahmu." Badai itu telah membuat dirinya bertobat, meskipun kemudian dia mengakui, "Saya tidak bisa menganggap diri saya sebagai orang percaya, dalam arti kata yang lengkap."

Setelah meninggalkan laut untuk pekerjaan kantor pada tahun 1755, Newton mengadakan pelajaran Alkitab di rumahnya di Liverpool. Dipengaruhi oleh keluarga Wesley dan George Whitefield, ia mengadopsi pandangan Calvinis dan menjadi semakin jijik dengan perdagangan budak dan perannya di dalamnya. Dia kemudian ditahbiskan ke dalam pelayanan Anglikan, dan pada 1764  melayani paroki Olney di Buckinghamshire.

Tiga tahun setelah Newton tiba, penyair William Cowper pindah ke Olney. Cowper, seorang penyair yang terampil tapi mengalami depresi. John Newton  membimbing William Cowper yang saat itu berusia 30 tahun. Cowper pernah mengalami tragedi. Ibunya meninggal ketika dia berusia enam tahun. Ayahnya meninggal saat ia masih muda. Dia dididik di Westminster School dan memenuhi syarat sebagai pengacara. Secara lahiriah ia berhasil. Namun, ia menderita depresi serius. Ketika melamar jabatan administrasi di House of Lords (Majelis Tinggi Parlemen Inggris Raya) yang memerlukan pemeriksaan formal, ia sangat terganggu oleh prospek ujian sehingga ia mencoba bunuh diri.

Newton mendorong Cowper untuk mulai menyusun lagu-lagu pujian. Dia menulis dengan kuat tentang suka dan duka kehidupan sehari-hari. Pada 1774 ia menderita episode penyakit mental yang begitu parah sehingga pernikahannya dengan Mary Unwin batal. Dia kecewa. Dalam nyanyian pujiannya yang paling terkenal, dia menulis:

God moves in a mysterious way
His wonders to perform

Untuk kepentingan pelayanan setiap minggu, ia menulis lagu pujian untuk dinyanyikan dengan nada yang sederhana. Cowper menulis nyanyian pujian untuk pertemuan-pertemuan, yang dia lakukan hingga jatuh sakit parah pada 1773. Newton kemudian menggabungkan 280 nyanyian pujiannya dengan 68 nyanyian pujian Cowper yang kemudian menjadi Nyanyian Olney yang populer. Di antara nyanyian-nyanyian rohani yang terkenal di dalamnya adalah "Amazing Grace," yang mendunia.

 

“Badai hebat”

Tatkala saya mengalami ujian "badai hebat" pada masa silam, hal yang membuat saya bertahan adalah keyakinan pada kuasa Tuhan. Keyakinan itu berakar pada pengalaman pribadi sejak masa kecil bahwa "tangan Tuhan selalu membimbing dan menyelamatkan" saya. Jadi meski saya pernah belajar sedikit filsafat dan sedikit teologi, iman saya justru diteguhkan dalam aneka pengalaman kecil, bukan dalam/karena pengetahuan ilmiah.

Kemampuan melintasi berbagai tantangan seperti penolakan dalam cinta, kegagalan dalam relasi, kehancuran secara psikologis, ketakberdayaan karena guncangan kehidupan, ditampar fitnah dan gosip yang masif, malah bikin saya kian teguh berpegang pada batu karang tak tergoyahkan: kuasa Tuhan.

Saat kecil saya pernah jatuh dari kuda yang sedang berlari kencang, dan saya baik-baik saja meski tentu badan agak sakit. Pada usia 7 tahun saya pernah tenggelam di pantai Bengga Flores ketika meloncat dari batu besar dan menceburkan diri ke laut yang tenang tapi dalam. Untuk mencapai batu itu saya meloncat dari batu besar ke batu besar lainnya. Saya tidak bisa berenang saat itu. Untunglah sebuah ombak yang kuat menghempaskan saya ke bibir pantai.

Ketika remaja saya pernah jatuh dari truk alias "bis kayu" di Ndora, Nagekeo. Waktu itu saya pulang dari liburan di Ndora, tempat ayah saya mengajar, kembali ke Seminari Mataloko (saya kelas 3 SMP saat itu). Begitu truk itu belok di tikungan, saya (yang naik dengan "menunggangi" pinggiran truk) melambaikan tangan ke kenalan yang lewat. Akibatnya saya hilang keseimbangan dan jatuh. Untungnya sopir truk langsung rem. Saya jatuh dengan kepala persis di depan roda belakang truk. Kalau saja sopir tidak melihat bayangan tubuh saya yang jatuh di kaca spion, saya pasti terlindas dan 'selesai'.

Bahu saya terluka dan diobati Pater Alfons Engels, SVD di Seminari Todabelu Mataloko.

Pengalaman itu dan aneka pengalaman personal lainnya membuat saya sungguh yakin, Tuhan bekerja secara nyata meski Dia tak kelihatan. Dia "Tangan yang tak tampak" yang hingga detik ini terus menuntun saya menapaki kehidupan.

Selalu saya percaya, sungguh-sungguh yakin, Tuhan bekerja dengan cara yang ajaib meski tampak biasa-biasa saja. Keajaiban itu saya temukan tidak saja dalam pengalaman yang serba hebat, tetapi juga dalam hal-hal kecil. 

Oleh karena selalu mengalami kasih Allah yang dahsyat dan ajaib itu, saya pun terdorong untuk mencintai sesama dan alam semesta ini. Semoga damai sejahtera memenuhi semesta kita, dan hati setiap orang digenangi sukacita.

Tuhan itu baik. Tuhan adalah cinta. Tuhan menyayangimu. Tuhan telah menyatakan diri-Nya yang teragung. Kemudian Anda membaca ayat-ayat dalam Alkitab yang tampaknya tidak sesuai dengan pemahaman Anda tentang Allah. Anda memiliki pengalaman dalam hidup yang tampaknya tidak cocok untuk keduanya.

Anda tidak dapat memasukkan Tuhan ke dalam sebuah kotak. Dia jauh lebih besar daripada yang bisa Anda bayangkan. Beberapa bagian dalam Alkitab itu misterius. Yesus berkata pada satu kesempatan, "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak" (Yohanes 13: 7). Terkadang pengertian itu mungkin datang dalam hidup kita. Beberapa hal yang hanya akan kita pahami ketika kita bertemu Tuhan.

 

Penulis adalah peminat filsafat-teologi, CEO VDS Group, Pendiri/Pemimpin Umum IndonesiaSatu.co

Komentar