Breaking News

PARIWISATA Libur ke Flores? Ini 7 Tempat Wisata yang Wajib Dikunjungi! 16 Jan 2018 14:49

Komodo di Pulau Rinca (1), Kampung adat Wae Rebo di Manggarai (2), Kampung Adat di Bena (3), Danau Tiga Warna Kelimutu (4), Pantai Koka di Maumere (5), Perarakan Semana Santa (6). (Foto: Ist)
Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur sangat terkenal akan keindahan alam dan kekayaan budayanya.

PULAU Flores di Nusa Tenggara Timur sangat terkenal akan keindahan alam dan kekayaan budayanya. Wisata alam yang indah seperti pantai, danau, gunung, air terjun, dan lain-lain dipastikan akan memanjakan mata Anda.

Selain kekayaan alam, Pulau Flores memiliki kekayaan budaya yang eksotik. Pasalnya, sejarah masyarakat Flores menunjukkan bahwa pulau ini dihuni oleh berbagai kelompok etnis, seperti Manggarai-Riung, Ngadha-Lio, Mukang, Sikka, Lamaholot, dan Kedang. Keragaman budaya ini menyuguhkan atraksi budaya ataupun penampilan budaya yang mengundang decak kagum.

Nama Pulau Flores berasal dari Bahasa Portugis “Copa de Flores” yang berarti ” Tanjung Bunga”. Nama ini diberikan oleh S.M.Cabot untuk menyebut wilayah paling timur dari Pulau Flores. Nama ini secara resmi dipakai sejak tahun 1636 oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores sudah dipakai hampir empat abad. Lewat sebuah studi yang cukup mendalam dari Orinbao (1969) terdeteksi bahwa nama asli Pulau Flores adalah Nusa Nipa yang berarti Pulau Ular.

Dikumpulkan dari berbagai sumber, berikut tujuh wisata alam dan budaya yang paling direkomendasikan untuk dikunjungi ketika berwisata di Flores. 

Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo

Harus diakui, tempat wisata yang paling ramai dikunjungi turis saat liburan ke Flores adalah Pulau Komodo di Taman Nasional Komodo. Pulau ini begitu menarik karena dihuni oleh satwa endemik Indonesia, Komodo. Padahal, selain Pulau Komodo, masih ada pulau lain yang tak kalah cantik, dan menjadi tempat populasi terbanyak reptil purba ini, yaitu Pulau Rinca.

Jumlah Komodo yang ada di Pulau Rinca memang yang terbanyak di TN Komodo. Di pulau ini, Anda bisa melihat Komodo mondar-mandir dengan santainya dari bukit ke bukit. Ada satu hal yang harus turis ingat saat berkunjung ke Pulau Rinca. Jangan jauh-jauh dari ranger, karena komodo suka berjalan di antara ilalang yang tinggi. Jika tidak waspada, Anda bisa menginjaknya dan pasti berbahaya.

Kampung Tradisional Wae Rebo, Manggarai

Desa Wae Rebo berada di barat daya Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Untuk bisa sampai ke lokasi memang tidak mudah karena letaknya di atas gunung. Perlu tenaga ekstra untuk bisa ke desa tersebut dengan berjalan kaki selama kurang lebih 3-4 jam. Anda juga akan diuji dengan jalur mendaki sejauh 7 kilometer ke desa adat satu-satunya di Manggarai, NTT, itu.

Untuk menuju desa ini, pengunjung harus berkendara selama delapan jam dari Labuan Bajo dan mendaki gunung sejauh 4 kilometer menembus hutan alam. Revitalisasi mbaru niang membuahkan penghargaan UNESCO pada 2012. Sejak itu, Wae Rebo masuk dalam peta wisata dunia. Warga disini pun merasakan betul manfaatnya.

Desa ini mendapat julukan Kampung atau rumah diatas awan karena memang letaknya yang berada di ketinggian dan diselimuti oleh kabut. Mayoritas masyarakat Wae Rebo bekerja sebagai petani. Mereka memiliki kebun yang ditanami kopi, kacang, dan tanaman lain nya. Penduduk perempuan selain bertani juga memiliki aktifitas menenun. Mereka menenun kain songket tradisional khas Manggarai.

Masyarakat di Desa Wae Rebo Flores sangat baik dan ramah. Mereka selalu menyambut setiap tamu yang datang dengan baik. Ketika Anda berkunjung di Desa ini, anda akan dipersilahkan untuk menginap di Desa mereka. Mereka akan memperlakukan setiap pengunjung dengan penuh kehangatan layaknya saudara sendiri. 

Danau Kelimutu, Ende

Danau tiga warna atau Danau Kelimutu di Nusa Tenggara Timur begitu tersohor keberadaannya hingga luar negeri. Banyak wisatawan yang sengaja mampir ke Kelimutu untuk melihat kecantikan danau ini.

Hitam, biru tua, dan biru, adalah tiga warna dari Danau Kelimutu di Flores, NTT. Tiga warna tersebut pun memiliki arti yang berbeda. Nama ketiga danau tersebut adalah Danau Tiwu Ata Mbupu yang merupakan tempat arwah para orangtua, Danau Tiwu Ata Polo yang ditempati oleh arwah para orang jahat dan Danau Tiwu Nuamuri Koofai tempat berkumpulnya arwah anak-anak muda. Ketiga danau ini diyakini sebagai tempat bersemayamnya para arwah dan disakralkan oleh masyarakat setempat.

Untuk mencapai tempat ini, turis dituntut untuk mendaki Gunung Kelimutu hingga 3 kilometer dan melewati sekitar 236 anak tangga. Meskipun cukup berat, cantiknya pemandangan di atas sana langsung membayar impas peluh Anda.

Kampung Bena, Ngada

Ketika bepergian ke pulau Flores jangan lupa untuk menyempatkan diri di Kampung Bena atau desa tradisional Bena. Terletak sekitar 18 km dari kota Bajawa, Kabupaten Ngada. Masyarakat Bena masih setia mengikuti tradisi megalitik, keramahan yang tulus dengan orang asing berasal dari hati, di seluruh desa,  Anda akan melihat sisa-sisa zaman dahulu berlalu ketika menjumpai monumen batu besar untuk leluhur yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Desa megalitik Bena adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang kaya dan yang masih bisa dinikmati sampai hari ini.

Dilindungi dengan aman dalam bayang-bayang Gunung Inerie yang menjulang, Desa Bena di Kabupaten Bajawa adalah salah satu dari sejumlah desa tradisional di Pulau Flores yang masih merangkul budaya megalitik yang menakjubkan hingga saat ini. Kota Bajawa sendiri benar-benar dikelilingi oleh pegunungan dan daya tarik wisata dalam dirinya sendiri karena udara pegunungan yang sejuk.

Kehidupan di desa Bena tampaknya tidak berubah sejak usia megalitik sekitar 1.200 tahun yang lalu. Terdapat 9 klan yang tinggal di 45 rumah yaitu Dizi, Dizi Azi, Wahtu, Deru Lalulewa, Deru Solamae, Ngada, Khopa dan Ago. Setiap klan hidup pada tingkat yang berbeda dari desa berteras, dengan klan Bena di tengahnya. Hal ini karena Bena dianggap klan tertua dan pendiri desa, maka menjadi alasan desa tersebut bernama Kampung Bena.

Pantai Koka, Maumere

Mengunjungi Pulau Flores, mampirlah di Pantai Koka. Pantai Koka sering dijuluki orang dengan The Dream Beach. Bahkan ada yang mengatakannya dengan “hidden-beaches” di daerah timur Indonesia. Pantai Koka terletak di Desa Wolowiro, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, tidak jauh dari Kota Maumere, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Pantai Koka dikenal dengan pemandangannya yang indah dengan hamparan pasir putih dan warna lautnya yang hijau kebiru-biruan atau sering dikatakan hijau tosca. Begitu juga masih banyak terumbu karang yang menghiasi dan mempercantik pemandangan Pantai Koka. Anda tentu akan melihat keindahan pantai-pantia timur Indonesia yang memang indah di Pantai Koka ini.

Pemandangan tebing batu dengan rerumputan hijau di atasnya berdiri tangguh di pinggir pantai yang berwarna cantik, biru kehijauan. Dengan ombak yang tidak terlalu besar, Anda bisa cukup bebas bermain air atau hanya berjemur di atas pasir putihnya.

Tradisi Semana Santa, Larantuka

Masyarakat Nusa Tenggara Timur terkenal sebagai pemeluk agama Katolik yang taat. Untuk Anda yang berniat wisata religi bisa datang ke Kabupaten Larantuka. Kota ini menjadi pusat agama Katolik di Flores.

Dulu, para misionaris asal Portugal datang dan menyebar agama Katolik di Larantuka. Banyak peninggalan keagamaan yang bisa Anda temukan jika berkunjung ke sana, seperti gereja dan patung Yesus di sana. Kota ini sangat ramai dikunjungi saat ada perayaan hari raya keagamaan, seperti Paskah. Ritual paling terkenal adalah Semana Santa. Ini merupakan salah satu budaya yang ditinggalkan para misionaris asal Portugal.

Sudah lebih dari 500 tahun, tradisi rohani Semana Santa di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) lestari, hingga kini. Penyelenggaraan tradisi ini pun menjadi salah satu ikon wisata rohani di NTT.

Beberapa tahun terakhir, sudah menjadi gejala rutin, peziarah membludak, hingga ribuan orang. Hal ini sebagai dampak dari promosi yang kian giat. Beberapa perusahan tur sudah membuka paket wisata ke Larantuka pada Pekan Suci setiap tahun.

Perburuan Ikan Paus, Lembata

Khusus Anda yang traveling ke Flores pada bulan Mei, sempatkanlah berkunjung ke Lamalera di Kabupaten Lambata, NTT. Di sana, Anda bisa menyaksikan tradisi berburu paus yang sudah dilakukan turun temurun sejak abad ke-16.

Desa Lamalera terletak di selatan Pulau Lembata, Nusa Tenggata Timur. Penduduk di desa ini memiliki tradisi yang tak biasa, yaitu berburu paus. Jenis paus yang diburu pun bukan sembarang paus, yaitu hanya sperm whales dan pilot whales.

Yang menarik dari perburuan paus ini adalah peralatan yang digunakan. Jangan bayangkan Anda akan melihat peralatan modern untuk berburu. Warga Lamalera masih menggunakan peralatan yang sangat tradisional untuk berburu. Dengan hanya bermodalkan perahu kayu dan bambu runcing berujung besi, mereka siap memburu mamalia laut paling besar ini.

--- Redem Kono

Komentar