Breaking News

REGIONAL Longsor di Wolojeo-Kelimutu, Lima Jam Transportasi Lumpuh 22 Jun 2017 19:21

Article image
Kondisi jalan longsor, dua alat berat tengah beroperasi menyingkirkan bebatuan di desa Wolojeo, Kelimutu, Ende. (Foto; Guche/IndonesiaSatu.co)
Peristiwa longsor terjadi sekitar pukul 05.00 Wita membuat warga sekitar Wolojeo, Kecamatan Kelimutu menjadi sangat ketakutan setelah mendengar bunyi yang sangat besar akibat reruntuhan batu.

ENDE, IndonesiaSatu.co -- Jalur transportasi darat jurusan Ende-Maumere tepatnya di desa Wolojeo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Selasa (20/06/2017) lumpuh total akibat longsor. Sekitar lima jam lebih, ratusan kendaraan dari dua arah berlawanan menunggu operator dua alat berat merek Volvo dan Hitachi yang bersusah payah menggulingkan batu besar yang menutupi badan jalan.

Pantauan IndonesiaSatu.co di lokasi kejadian, ratusan kendaraan beserta para penumpang tidak beranjak dari tempat kejadian sejak pagi hari. Mereka ikut menyaksikan proses penggulingan batu hingga transportasi berangsur normal. Beberapa anggota kepolisian turut mengawasi proses pengerjaan tersebut dan mengatur lalu lintas.

Menurut pengakuan salah seorang warga Wolojeo, Paskalis, peristiwa longsor terjadi sekitar pukul 05.00 Wita. Menurutnya, warga sekitar menjadi sangat ketakutan setelah mendengar bunyi yang sangat besar akibat reruntuhan batu.

“Kejadiannya sekitar dini hari. Kami mendengar bunyi sangat keras. Pagi hari baru warga sekitar menyaksikan reruntuhan batu sudah menumpuk dan menghalangi badan jalan. Kendaraan tidak dapat lewat hingga beberapa jam kemudian dua alat berat datang beroperasi. Lokasi kejadian memang rawan dengan longsor apalagi pada musim hujan,” ungkapnya.

“Selama ini Dinas Pekerjaan Umum kabupaten sedang memperbaiki beberapa ruas jalan yang rentan tertimbun longsor dari daerah Detusoko hingga Wolowaru. Beberapa alat berat terlihat parkir di pinggir jalan dan siap beroperasi. Apalagi pada musim hujan, sering terjadi longsor. Pengendara sangat berhati-hati jika melewati daerah yang menjadi titik rawan longsor terutama jurusan Ende-Maumere,” tambah Hendrik, seorang pengemudi kendaraan roda empat jurusan Maumere-Ruteng.

Butuh Perhatian Pemerintah

Sebagian besar transportasi darat lintas Flores memiliki risiko yang cukup tinggi terutama pada musim hujan. Dampak longsor dan jalan putus sudah sering terjadi. Demikian halnya beberapa ruas jalan yang berada di dekat garis pantai juga terkena dampak abrasi laut akibat robohnya tembok penahan.

“Perhatian pemerintah melalui Dinas Pekerjaan Umum belum optimal. Masih banyak daerah yang rawan longsor. Seharusnya ruas jalan diperlebar dan dibangun tembok penahan sehingga ketika terjadi longsor, transportasi tidak lumpuh total dan bisa cepat teratasi. Misalnya ruas jalan sepanjang Detusoko hingga Watuneso. Beberapa ruas jalan masih terlihat sempit antara jurang dan tebing. Sangat beresiko jika terjadi longsor apalagi pada malam hari,” ungkap pengemudi lain, Farel.

Pembangunan infrastruktur jalan, memang butuh perhatian serius dari pemerintah. Peningkatan pembangunan infrastruktur jalan semestinya menjadi program prioritas baik jangka pendek maupun jangka menengah. Hal itu berhubungan dengan kondisi jalan lintas Flores yang dekat dengan tebing.

“Akses transportasi darat dari Larantuka-Flores Timur hingga ke Labuan Bajo-Manggarai Barat butuh peningkatan soal infrastruktur jalan baik pelebaran ruas jalan maupun pembangunan tembok penahan di sekitar tebing. Pemerintah daerah perlu mengalokasikan anggaran guna peningkatan infrastruktur. Itu harus jadi prioritas sehingga bisa mengatasi ancaman bencana yang sering terjadi setiap tahun,” ungkap camat Kelimutu, Ignatius Gharu.

 

--- Guche Montero

Komentar