Breaking News

INSPIRASI Nando Watu Tularkan Spirit 'Ayo Pulang Kampung' bagi Mahasiswa Unflor Ende 24 Jul 2019 17:04

Article image
Pembekalan ribuan mahasiswa Unflor Ende yang hendak menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di tengah masyarakat. (Foto: Nando)
Diharapkan agar output dari kegiatan KKN sampai pada 'One Village One Product'.

ENDE, IndonesiaSatu.co-- Penggagas dan pendiri komunitas kreatif dan inovatif kawula muda, Remaja Mandiri Community (RMC) Detusoko, Nando Watu, terus menularkan spirit 'Ayo Pulang Kampung'.

Spirit tersebut disampaikan Nando saat menjadi salah satu narasumber bagi ribuan mahasiswa Universitas Flores (Unflor) Ende yang akan menjalani masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) di tengah masyarakat.

Dalam rilis yang diterima media ini, Selasa (23/7/2019), Nando mengaku, pada kegiatan yang berlangsung di Aula Unflor ini, dirinya berkesempatan membagikan pengalaman saat merintis dan mengembangkan komunitas RMC sebagai wadah kreativitas dan inovatif bagi kawula muda.

"Spirit Ayo Pulang Kampung berangkat dari panggilan dan kenyataan bahwa kampung adalah spirit kehidupan dan roh bagi masa depan. Kampung mengandung nilai-nilai kehidupan; sumber kebudayaan dan kearifan lokal, original, juga sumber pengetahuan dan kebijaksanaan. Kampung merupakan universitas kehidupan sesuangguhnya," ungkap Nando.

Alumnus STFK Ledalero ini menuturkan, dengan tuntutan globalisasi dan arus perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, pilihan untuk kembali ke kampung menjadi sulit bagi sebagian kalangan termasuk para sarjana.

"Mahasiswa, jangan malu jadi orang kampung! Dengan terjun ke desa melalui kegiatan KKN, berarti kita kembali ke kampung. Maka, tidak bisa tidak, kita harus menjadi orang kampung; menggali pengalaman (pengetahuan) 'kuliah' bersama masyarakat, 'berkampus' di tengah masyarakat," katanya.

Aktivis PMKRI ini memotivasi, bahwa dalam membangun kampung (desa), mulailah dengan mengenali RPJMDes, memahami profil dan potensi yang ada di desa, berinteraksi secara mendalam, mengenal pelaku (aktor) potensial yang memiliki spirit membangun, memetakan organisasi, lembaga atau kelompok tani yang sudah ada, dan menentukan apa yang menjadi prioritas kebutuhan.

"Buatlah analisis SWOT untuk mendapatkan kerangka acuan program apa yang sebaiknya untuk pembangunan di desa," ajaknya.

Pendekatan Kekeluargaan

Nando yang dikenal sangat aktif mempromosikan kewirausahaan soal bagi kaum muda dan pengembangan destinasi pariwisata NTT ini, mangarahkan para mahasiswa KKN untuk menggunakan pendekatan kekeluargaan sesuai karakter informan guna menggali kehidupan masyarakat.

"Ada banyak cara kita dapat berada bersama masyarakat di kampung, misalnya minum kopi pagi, berkumpul dengan satu bungkus rokok dengan anak-anak muda atau satu botol moke (tuak) saat duduk dengan orang-orang tua, atau makan sirih pinang dengan mama-mama di kampung. Itu moment terindah untuk menggali informasi dengan orang-orang di kampung. Hindari pertemuan resmi (formal) seperti diskusi terpimpin, workshop, seminar atau sejenisnya," saran Nando.

Fokus Mengolah Energi Positif

Nando yang juga mengelola Cafe Lepa Lio Detusoko ini menghimbau mahasiswa untuk menghindari terlalu banyak ide, tetapi harus mampu menangkap ide dari masyarakat hingga mengetahui apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan mereka.

"Jika sudah mampu masuk ke dalam perasaan (emosi) dan kebutuhan masyarakat, maka mulailah merancang program; apa yang hendak dibangun. Ini sangat penting, sebab 70-80% aneka program atau kebijakan, selalu dari atas (top-down). Akibatnya, keberlanjutan dan kemandirian masih sangat jauh dari sasaran kebutuhan masyarakat. Bahkan, masyarakat hanya sebagai pelaksana (bukan pelaku), tanpa tahu dasar dan arah tujuan program," ungkapnya.

Karena itu, ajak Nando, mulailah dari apa yang mereka punya. Tugas mahasiswa adalah menjembatani dan mengolah energi positif yang ada di desa dan masyarakat itu sendiri.

"Itulah wujud dari Misi Unflor yakni menjadi agen transformasi budaya dan masyarkat. Di sanalah sebenarnya kita berdiri," imbuhnya.

Pria yang pernah menimba ilmu di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat, ini menegaskan bahwa jika ada aneka potensi di desa, cukup memilih salah satu dan fokus pada komoditas yang perlu dikembangkan dengan melihat potensi dan peluang.

"Mahasiwa dapat membantu pada tahap pengelolaan komoditas pasca-panen, memikirkan dan mendiskusikan terkait teknologi, design branding product, kemasan dan promosi pemasaran. Diharapkan agar output dari kegiatan KKN sampai pada pencapaian 'One Village One Product'. Jika hal ini tercapai, maka desa tinggal memperkuat diri melalui kelembagaan di desa (BUMDes). Dengan demikian, produk inovasi desa dilahirkan, pemanfaatan dana desa untuk ekonomi pemberdayaan mendapat tempat. Jika demikian, bukankah kita tengah membangun NKRI dari desa?" tantang Nando.

 

 

--- Guche Montero

Komentar