Breaking News

MUSIK Neotradisi Dalam Baluran 25 Tahun Ivan Nestorman Berkarya 28 Sep 2017 11:23

Article image
Ivan Nestorman, musisi asal Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). (Foto: Flickr)
Konsistensinya mengusung musik ethnis Flores, NTT menjadikan Ivan Nestorman dikenal sebagai salah satu ikon musik ethnis Flores dan mendapat julukan “The Man of Eastern Voice.”

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Ivan Nestorman, musisi asal Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menegaskan konsistensinya berkarier di jalur musik neotradisi sepanjang 25 tahun berkarya dengan menggelar konser tunggal dan peluncuran album baru yang diberi judul “LEGACY.” 

Konser tunggal yang bertajuk A World Music Performance tersebut akan memainkan 15 komposisi lagu populer Ivan Nestorman sepanjang kariernya selama 25 tahun, termasuk enam lagu baru dan dua lagu daur ulang pada album LEGACY.

Pada album LEGACY, tujuh lagu ditulis dalam bahasa Manggarai dan sebuah lagu dalam bahasa Inggris. Seluruh musik album ini dimainkan Ivan Nestorman, kecuali beberapa solo gitar seperti pada lagu Awo Flores, Mogi dan Ce Ce Ce dimainkan Tohpati, Ray Sandoval (pemusik asal London) dan gitaris asal Flores, Illo Djeer. Lagu-lagu pada album LEGACY tersebut dikerjakan selama tiga tahun, dan merupakan salah satu album yang diharapkan memperkuat ikon ethnis dalam karya-karya Ivan.

Konser yang digelar di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail Kuningan, di Jakarta pada Kamis (28/09/2017) tersebut akan didukung oleh musisi sekaligus para sahabatnya seperti Gilang Ramadhan, Budjana, Nita Arsteen, Rio Moreno, Donny Suhendra, Jalu Pratidina, dan grup musik “Nestornation,” asuhan Ivan Nestorman.

Menyambut gelaran konser tunggal tersebut, Ivan Nestorman mengatakan, musik etnis Indonesia sangat kaya dan memiliki citarasa musikalitas yang tinggi.  Dengan menyampaikannya secara komtemporer, musikalitas dari khasanah etnis tersebut dapat menembus batas, menjangkau seluruh dunia, dan dimengerti sebagai bagian integral dari harmonisasi kehidupan.

“Sepanjang karier saya, mayoritas musik yang saya usung adalah musik etnis dari tanah kelahiran saya Manggarai dan musik etnis dari daerah-daerah di NTT. Saya tidak segan-segan menggunakan bahasa daerah dalam syair-syair lagu, dan total mengadopsi ritmis etnik. Tidak ada ketakutan sama sekali karya saya itu bakal ditolak karena musikalitas yang unik dan universal dari karya-karya tersebut menjadikan musik neotradisi tersebut mudah diterima dan dinikmati,” kata dia.

Seperti diketahui, musik neotradisi adalah musik yang berpijak pada motif-motif tradisi yang diekspresikan secara kontemporer, seperti melalui perpaduan etnis-jazz. Karya-karya yang kental dengan musik neotradisi Ivan yang populer dan dicover dalam berbagai versi, antara lain Mogi Dheo Keze Walo, Mata Leso Ge, E Wada. Sementara itu, karya-karya Ivan lainnya yang telah dikenal publik antara lain melalui Nera Project, Komodo Project, dan Album Flores The Cape of Flower.

Konsistensinya mengusung musik ethnis Flores, NTT menjadikan Ivan Nestorman dikenal sebagai salah satu ikon musik ethnis Flores dan mendapat julukan “The Man of Eastern Voice.”

Gilang Ramadhan, dalam sebuah wawancara dengan salah satu stasiun televisi nasional, mengatakan, dirinya bersama Ivan Nestorman telah 15 tahun menggeluti musik etnik, diawali dengan Nera Project yang memainkan elemen-elemen musik etnis seluruh Indonesia. Nera Project mendapuk Ivan Nestorman sebagai vokalis dan membebaskan Ivan mengeksplorasi musikalitas Flores yang kaya dan unik. “Jujur, saya bertemu dengan seorang penyanyi yang memiliki suara yang ajaib,” katanya.

Mogi Lebih Mendunia

Selain menegaskan perjalanan kariernya sepanjang 25 tahun, konser tunggal Ivan Nestorman kali ini juga mengusung misi lebih memopulerkan lagu “Mogi Dheo Keze Walo” ke kancah internasional.

Ivan mengatakan, tren musik global saat ini adalah mengangkat musikalitas dan ragam tarian ethnis ke layar global melalui perpaduan musik kontemporer. Mogi Dheo Keze Walo telah sukses menjadi salah satu lagu yang memprovokasi lahirnya line dance, yang secara massal diikuti oleh segenap lapisan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.

“Saya ingin Mogi Dheo Keze Walo lebih mendunia demi memperkenalkan khasanah musik ethnis Indonesia, terutama budaya Flores, NTT ke kancah global. Mogi go internasional,” kata dia.

Sebagai ikon musik ethnis Flores - NTT, Ivan memang sering sekali mewakili provinsi tersebut mempromosikan budaya NTT di kancah internasional. Kesempatan tersebut digunakan Ivan untuk memperkenalkan dan mempopularkan budaya NTT melalui musik neotradisi ke kancah global, seperti USA, Eropa, Afrika, Timur Tengah, Asia dan Australia.

--- Simon Leya

Komentar