Breaking News

REGIONAL Respon Emosional usai Dialog Tertutup dengan Bupati Matim, TPDI Sesalkan Sikap Uskup Ruteng 06 May 2020 00:12

Article image
Koordinator TPDI dan Advokat PERADI, Petrus Selestinus. (Foto: Ist)
"Karena itu, kita tidak ingin Gereja terjebak dalam pilihan sikap yang keliru dari Bupati Agas yang justru mengorbankan hak dan kepentingan rakyat," sorot Petrus.

RUTENG, IndonesiaSatu.co-- Publik dan Media sangat ingin memastikan bagaimana sikap pimpinan Gereja di Manggarai terhadap persoalan pro-kontra pembangunan Pabrik dan Tambang Semen di Manggarai Timur. Karena, menolak tambang adalah pilihan eksistensial Gereja dan konsistensi terhadap komitmen pro-rakyat (umat). Maka, tidak ditemukan alasan logis jika pemimpin umat merespon secara emosional, bahkan terkesan 'alergi' dengan pemberitaan media sebagai konsumsi publik."

Demikian sorotan itu diutarakan Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Selestinus dalam keterangan rilis kepada media ini, Selasa (5/5/20).

Sorotan tersebut sebagai tanggapan TPDI terhadap pertemuan dialog tertutup antara Uskup Ruteng, Mgr. Sipri Hormat, Pr dengan Bupati Manggarai Timur (Matim), Agas Andres yang berlangsung di kediaman Bupati, Senin (4/5/20).

Adapun hasil dialog dengan agenda soal pro-kontra Tambang dan Pabrik Semen di Luwuk dan Lingko Lolok, yang berlangsung tertutup hingga malam hari tersebut tidak diperoleh penjelasan, karena hasilnya tidak diketahui publik melalui pemberitaan media.

Petrus menyebut, wartawan sengaja menunggu untuk mendapatkan informasi langsung dari Uskup Ruteng usai berdialog dengan Bupati Matim, terkait situasi pro-kontra yang terjadi menyikapi pembangunan Pabrik dan Tambang Semen di Luwuk dan Lingko Lolok.

"Namun kita semua harus kecewa, karena Uskup Sipri tidak memberikan informasi apapun seputar hasil dialog terkait situasi pro-kontra yang terjadi. Justru, sebagai pemimpin Gereja Lokal, Uskup Sipri bersikap reaktif, emosional bahkan naik pitam. Ini patut disayangkan dan disesalkan," ujar Petrus.

Kita tidak menemukan alasan yang logis, lanjut Petrus, mengapa Uskup Sipri bersikap emosional, naik pitam sambil berkata: 'ini bukan saatnya, kita punya saat terkait ini. Anda jangan membuat apa, kita ini urusan kemanusiaan bukan urusan yang lain. Ingat baik-baik jangan buat provokasi.'

Advokat Peradi ini menilai, sikap Uskup Ruteng terkesan tidak fokus, grogi, bahkan alergi ketika berhadapan dengan wartawan yang menanyakan hasil dialog terkait pro-kontra pembangunan tersebut. Padahal, dialog soal pro-kontra Tambang Semen merupakan agenda Bupati Agas yang sebelumnya sudah dijelaskan ke media.

"Karena itu, sikap emosional, grogi dan naik pitam yang ditunjukkan Uskup Ruteng, mestinya tidak perlu terjadi. Karena materi dialog yang diagendakan bukan rahasia dan bukan soal pribadi, melainkan soal pro-kontra pendirian Pabrik dan Tambang Semen, sebagai konsumsi media (publik) yang berkaitan dengan kepentingan publik," nilainya.

Jangan Sampai...

Petrus beranggapan, dengan menunjukkan sikap yang demikian, justru semakin menarik perhatian dan kekhawatiran publik terhadap Uskup Sipri.

"Tentu dengan sikap demikian, kita semua patut khawatir; apakah Uskup Sipri berubah sikap dengam mendukung kepentingan investor guna membangun Pabrik dan Tambang Semen, seperti halnya Bupati Agas?" sentilnya.

Karena sebelumnya, lanjutnya, Bupati Agas menyatakan bahwa pertemuannya dengan Uskup Ruteng guna membahas pro-kontra pembangunan Tambang Semen di Matim, sehingga wajar jika publik dan pers ingin tahu.

Menurutnya, publik dan media sangat ingin memastikan bagaimana sikap pimpinan Gereja di Manggarai terhadap persoalan pro-kontra tersebut. Pasalnya,
Bupati Agas sudah offside dan inkonsisten terhadap komitmen dengan memilih pro-Tambang Semen.

"Karena itu, kita tidak ingin Gereja terjebak dalam pilihan sikap yang keliru dari Bupati Agas yang justru mengorbankan hak dan kepentingan rakyat," sorotnya.

Ia menegaskan bahwa polemik tersebut menyangkut masalah kemanusiaan dan keadilan sosial, yang tidak kalah bahayanya dengan ancaman Covid-19, sehingga menjadi urgent dan harus diprioritaskan oleh semua pihak.

"Karena itu, sebagai Pemimpin Gereja Lokal dan tumpuan harapan umat, publik menunggu klarifikasi dari Uskup Ruteng terhadap hasil dialog dengan Bupati Agas, agar semuanya menjadi terang-benderang," imbuhnya.

--- Guche Montero

Komentar