Breaking News

HANKAM Tentang Jenderal Tito dan Komjen Idham Aziz, Valens Daki-Soo: Saya Menyerap Etos Kerja dan Patriotisme Mereka 24 Oct 2019 17:29

Article image
Komjen Idham Azis, calon tunggal Kapolri pengganti Jenderal Tito Karnavian. (Foto: Lensajabar.com)
Kasus besar yang ditangani Idham ketika menjadi kepala Unit Pemeriksaan Sub Detasemen Investigasi Densus 88 (Anti Teror) adalah kasus Bom Bali II.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co – Beberapa jam setelah melantik anggota Kabinet Indonesia Maju, Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung mengajukan calon tunggal Kepala Kepolisian RI (Kapolri) pengganti Tito Karnavian ke DPR. Pilihan Jokowi jatuh ke Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri, Komjen Idham Azis. Untuk sementara waktu, pelaksana tugas (Plt) Kapolri diserahkan kepada Wakapolri Komjen Pol Ari Dono Sukmanto.

"Pengganti Kapolri sudah kami kirimkan ke DPR hari ini. Pak Idham Azis," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10).

Pemimpin Umum IndonesiaSatu.co Valens Daki-Soo yang pernah bekerja sama dengan Komjen Pol Idham Azis dan Jenderal Tito Karnavian di Densus 88/Antiteror bersaksi, “Bang Idham bersama Bang Tito Karnavian adalah anak buah sekaligus kader Jenderal Gories Mere, sang pendiri Satgas Bom dan Densus 88,” tutur Valens.

“Senang dan bangga pernah kerja bersama mereka, karena saya menyerap etos kerja dan patriotisme mereka yang prima. Saat itu siang dan malam sama saja bagi mereka: kerja dan kerja. Entah di Poso, di Bali, di Solo dan di mana saja mereka bergerak. Pak GM, sang mentor itu, selalu bersama mereka. Gembong teroris Dr. Azahari dan Noordin M. Top diburu mereka hingga di-dor,” ungkap Valens.

 

Siapa Idham Azis

Idham Azis seperti dikutip dari katadata.co.id, lahir di Kendari, 30 Januari 1963. Ia adalah adik kelas dari Ari Dono di Akademi Kepolisian (Akpol) yang lulus pada 1988. Perjalanan karier Idham dan Ari Dono pun beberapa kali beriringan. Di awal kariernya, Idham ditugaskan sebagai Pamapta Kepolisian Resor (Polres) Bandung. Sebulan kemudian ia ditugaskan menjadi kepala Urusan Bina Operasi Lalu Lintas Polres Bandung. Idham bertugas di Bandung hingga Juni 1999 dengan jabatan terakhir kepala Kepolisian Majalaya Resor Bandung Kepolisian Wilayah Priangan.

Kemudian, ia ditarik menjadi kepala unit VC Satuan Serse UM Direktorat Serse Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya sejak 1 Juli 1999. Setahun kemudian ia naik pangkat menjadi wakil kepala Satuan Serse UM Direktorat Serse Polda Metro Jaya.

Karier Idham melesat saat bertugas di bidang reserse. Pada 2002, ia dua kali dipromosikan. Pada 8 Mei 2002, ia menjadi perwira menengah Sekolah Staf dan Kepemimpinan Dediklat Polri. Selanjutnya, ia menjadi kepala Satuan I Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Metro Jaya pada 14 Desember 2002. Setahun kemudian, ia menjadi kepala Satuan III Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.

Pada 10 September 2004, Idham ditugaskan sebagai wakil kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat. Sebulan kemudian ia dipindahtugaskan menjadi inspektur Bidang Operasi Inspektorat Wilayah Daerah Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah (Sulteng).

Melumpuhkan Teroris Dr. Azahari

Idham punya catatan cemerlang dalam unit anti-teror. Kasus besar yang ditangani Idham ketika menjadi kepala Unit Pemeriksaan Sub Detasemen Investigasi Densus 88 (Anti Teror) adalah kasus Bom Bali II. Tiga ledakan yang disebabkan oleh bom bunuh diri terjadi di tiga lokasi pada 1 Oktober 2005, yakni di Kafe Nyoman (Jimbaran), Kage Menega (Jimbaran), dan Restoran RAJA (Kuta Square). Serangan teroris yang kemudian diidentifikasi dilakukan oleh jaringan Jemaah Islamiyah itu menewaskan 23 orang. Sebanyak 15 orang warga negara Indonesia, seorang warga negara Jepang, empat warga negara Australia, dan tiga pelaku bom bunuh diri.

Pada 9 November 2005, Densus 88 mengepung sebuah vila di Kota Batu, Malang yang menjadi tempat persembunyian terduga teroris. Dalam penyergapan itu, buronan asal Malaysia Dr. Azahari tewas ditembak. Azahari adalah dalang dan pembuat bom dalam serangan Bom Bali II.

Idham juga ikut dalam Operasi Anti-Teror Bakreskrim Poso pada 2005-2007.  Tito Karnavian dalam buku yang berjudul Indonesian Top Secret "Membongkar Konflik Poso" menyebutkan, untuk mengatasi konflik Poso Kapolri Jenderal Sutanto memerintahkan Kabareskrim untuk membentuk satuan tugas khusus demi membongkar kasus ini. Tito adalah pemimpin Ssatgas Khusus tersebut sedangkan Idham adalah salah satu anggota timnya. Operasi ini berhasil membongkar dan menangkap puluhan tersangka yang menjadi buron. Prestasi yang diraih Idham dalam penanganan kasus Bom Bali II dan operasi di Poso membuatnya dianugerahi kenaikan pangkat luar biasa.

Wakil Ketua DPR Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Korpolkam) Aziz Syamsuddin menilai Idham memiliki kemampuan untuk mengemban jabatan Kapolri.

"Beliau bagus dan punya kemampuan untuk jabatan tersebut," kata Aziz saat dihubungi, Kamis (24/10/2019).

Meskipun calon tunggal, Idham tetap harus menjalani uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test). Aziz mengatakan fit and proper test akan segera dibahas dalam rapat pimpinan (rapim) DPR.

--- Simon Leya

Komentar