Breaking News

REGIONAL Terjebak Hujan Tipuan, Petani NTT Sering Gagal Panen 20 Sep 2017 11:00

Article image
Lahan sawah yang mengering karena kemarau di NTT. (Foto: Ist)
Hujan tipuan atau false rain/tricky rain adalah hujan yang terjadi pada saat awal masuk musim hujan tapi secara kategori klimatologis akumulasi hujan selama satu dasarian (10 hari) belum mencapai 50 milimeter atau lebih.

KUPANG, IndonesiaSatu.co -- Para petani di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) sering terjebak hujan tipuan sehingga sering mengalami gagal tanam maupun gagal panen pada sejumlah wilayah di Provinsi NTT pada setiap musim tanam.

Demikian penjelasan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kupang, Apolinaris Geru kepada Republika.co.id, Selasa (19/9/2017).

"Salah satu bentuk gangguan iklim yang membuat petani di NTT sering tertipu adalah false rain atau tricky rain atau yang disebut hujan tipuan,” ujar Apolinaris,

 Hujan tipuan atau false rain/tricky rain adalah hujan yang terjadi pada saat awal masuk musim hujan tapi secara kategori klimatologis akumulasi hujan selama satu dasarian (10 hari) belum mencapai 50 milimeter atau lebih.

Setelah terjadi hujan, 3-4 hari petani mengambil keputusan untuk menanam karena dirasakan musim hujan telah tiba. Namun, setelah itu tidak terjadi hujan lagi selama dua sampai tiga pekan (long dry spell). Akibatnya, petani mengalami gagal tanam karena tanaman menjadi layu dan merana bahkan mati kekeringan karena tidak ada air (hujan), katanya menjelaskan.

"Salah satu bentuk gangguan iklim adalah hujan tipuan, membuat petani sering tertipu. Hujan dua atau tiga hari cukup tinggi, petani colok tanah sudah basa langsung tanam, setelah itu tidak ada hujan lagi," ungkapnya.

Apolonaris menjelaskan lebih lanjut bahwa bentuk gangguan iklim lain adalah periode kering selama musim hujan atau long dry spell.

"Ada juga periode hari kering yang panjang selama musim hujan. Artinya dalam kurun waktu periode musim hujan itu terjadi hari kering atau hari tidak ada hujan," katanya menambahkan.

Menurut dia, banyak petani tidak memahami kondisi iklin ini dengan baik, sehingga menyebabkan sering terjadinya gagal tanam.

"Tipikal iklim NTT di daerah kepulauan ini, pada saat musim hujan sering terjadi periode kering. Periode kering pada musim hujan inilah yang menyebabkan gangguan pada tanaman," imbuhnya. .

Apolonaris mengimbau kepada para petani khusus untuk daerah-daerah seperti Kupang dan pulau Timor serta sebagian Pulau Flores agar pada bulan Oktober ini misalnya, jika ada hujan sebaiknya bersabar dulu atau jangan dulu menanam.

"Tanaman mati, layu dan lainnya akhirnya gagal panen dan gagal tanam, karena setelah ditanam satu atau dua minggu tidak lagi hujan karena memang belum musim,” paparnya.

Apolinaris memperkirakan curah hujan mulai normal dan sudah jauh lebih merata pada akhir November sampai awal dan pertengahan Desember.

"Tetapi kalau ada hujan pada September, Oktober, hendaknya hujan tersebut membuat petani agar lebih fokus dalam pengolahan tanah," pungkasnya.

--- Redem Kono

Komentar