Breaking News

INTERNASIONAL Terorisme Berbahaya, Presiden Duterte: Terima Kasih Bantuannya Untuk Bebaskan Marawi 13 Nov 2017 15:50

Article image
Pidato pembukaan KTT ke-31 ASEAN di Manila, Filipina oleh Presiden Duterte. (Foto: Humas Setpres)
Negara-negara di ASEAN telah memberikan dukungan dengan mengirimkan barang-barang bantuan untuk warga Marawi yang telah kehilangan tempat tinggi, disamping juga memberikan dukungan untuk memperkuat pasukan pemerintah Filipina.

MANILA, IndonesiaSatu.co -- Saat memberikan sambutan pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-31 ASEAN, di Philippines International Convention Center (PICC), Manila, Senin (13/11/2017) pagi, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengawali pidatonya dengan menyinggung keberhasilan pasukan Pemerintah Filipina membebaskan kota Marawi dari cengkeraman kelompok teroris beberapa waktu lalu.

“Lebih dari seminggu yang lalu, pasukan pemerintah Filipina telah membebaskan kota Marawi dari kelompok teroris,” kata Presiden Duterte seraya menekankan, bahwa tugas pemerintahnya sekarang adalah membantu warga Marawi bangkit kembali ke kehidupan normal.

Duterte menyampaikan ucapan terima kasih kasih kepada mitra internasional yang telah memberikan bantuan dalam menghadapi situasi di kota Marawi, beberapa waktu lalu.

Ia menyebut negara-negara di ASEAN yang telah memberikan dukungan dengan mengirimkan barang-barang bantuan untuk warga Marawi yang telah kehilangan tempat tinggi, disamping juga memberikan dukungan untuk memperkuat pasukan pemerintah Filipina saat membebaskan Marawi.

Hikmah di balik ini semua, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengingatkan, perlunya ASEAN dan negara-negara mitranya untuk membicarakan masalah kepentingan regional dan internasional.

“Masalah terorisme dan ekstremisme membahayakan perdamaian, stabilitas, dan keamanan wilayah karena perlakuan mereka tidak mengenal batas,” tegas Duterte.

Masalah lain yang tidak kalah penting, menurut Duterte, adalah perampokan bajak laut dan perampokan bersenjata di laut yang terus berkembang, dan telah mengganggu stabilitas perdagangan regional dan global.

Selain itu, Duterte juga mengingatkan, bahwa ancaman perdagangan narkoba ilegal terus membahayakan struktur masyarakat.

Isu-isu ini yang tidak kalah penting, menurut Presiden Filipina itu, adalah  isu-isu keamanan non tradisional lainnya yang mengganggu pertumbuhan ekonomi, integritas, dan yang lebih penting, keselamatan warga ASEAN.

Namun Duterte meyakini, dalam beberapa hari mendatang, kita akan melihat kemajuan dalam pembahasan di ASEAN mengenai bentuk kerja sama yang harus dikembangkan, termasuk juga pembahasan yang dilakukan ASEAN dengan mitranya, seperti ASEAN Plus Three dan East Asia Summit.

Perlindungan Hak Migran

Dalam kesempatan itu, Presiden Rodrigo Duterte dengan senang hati mengumumkan bahwa negara-negara anggota ASEAN telah mencapai kesepakatan mengenai perlindungan dan promosi hak-hak pekerja migran.

“Saya akan bergabung dengan para pemimpin ASEAN lainnya besok dalam menandatangani dokumen penting ini yang akan memperkuat perlindungan sosial, mengakses keadilan, perlakuan yang manusiawi dan adil, dan akses terhadap layanan kesehatan bagi masyarakat,” ungkap Duterte.

Pembukaan KTT ke-31 ASEAN itu dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo, Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam, PM Laos Thongloun Sisoulith, PM Malaysia Najib Razak, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Thailand Prayut Chan-o-cha, PM Vietnam Nguyen Xuan Phuc, dan State Counselor Myanmar Aung San Suu Kyi.

Selain itu, sejumlah pemimpin dunia hadir dalam kesempatan ini diantaranya: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, PM Jepang Shinzo Abe, PM India Narendra Modi, PM Kanada Justin Trudeau, PM Tiongkok Li Keqiang, PM Rusia Dmitry Medvedev, PM Selandia Baru Jacinda Ardern, dan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-In.

Saat hadir di acarta tersebut, Presiden Jokowi didampingi oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko PM Puan Maharani, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita, dan Menteri Tenaga Kerja (Menaker).  

--- Redem Kono

Komentar