Breaking News

NASIONAL Valens Daki-Soo: Keliru Mengelola Kemajemukan Dapat Timbulkan Perpecahan Bangsa 16 Feb 2019 09:41

Article image
Valens Daki-Soo, Pengamat masalah pertahanan dan keamanan. (Foto: ist)
Kemajemukan Bangsa Indonesia dengan spektrum yang sangat lebar-multidimensional, selain menjadi kekayaan dan keunggulan bangsa, juga sekaligus menjadi sumber ancaman “dari dalam”.

ENDE, IndonesiaSatu.co -- Pengamat masalah pertahanan dan keamanan Valens Daki-Soo mengatakan kemajemukan Bangsa Indonesia dengan spektrum yang sangat lebar-multidimensional, selain menjadi kekayaan dan keunggulan bangsa, juga sekaligus menjadi sumber ancaman “dari dalam”.

“Kekeliruan mengelola kemajemukan ini dapat menimbulkan malapetaka, dan dapat menyeret Bangsa Indonesia ke dalam perpecahan,” kata Valens kepada IndonesiaSatu.co (16/2/2019). 

Valens Daki-Soo yang juga calon anggota DPR RI nomor urut 02 daerah pemilihan (dapil) NTT I (Flores-Lembata-Alor) dari PDI Perjuangan ini juga berpendapat, kelemahan Bangsa Indonesia seperti diungkapkan oleh Koentjaraningrat, potensial menjadi penghambat kemajuan bangsa, bagi upaya mencapai tujuan kemerdekaan, bahkan dapat dieksploitasi oleh pihak-pihak lain yang tidak menginginkan Indonesia stabil, maju dan menjadi negara kuat. 

Sekadar kilas balik, kata Valens, sepanjang sejarah kemerdekaan, Pancasila dan sistem pemerintahan negara yang oleh founding fathers disebut sebagai “Sistem Sendiri” belum pernah diimplementasikan secara konsisten. Pada era Orla, MPR selalu bersifat sementara sehingga menjadi MPRS, dan label S tersebut memberi akses kepada eksekutif untuk mengendalikan MPR. 

Lalu pada era Orba, kendati label S dalam MPR sudah ditiadakan, namun rekrutmen keanggotaan MPR sepenuhnya berada dalam satu tangan yaitu presiden, sehingga kooptasi MPR oleh eksekutif terus berlanjut. Pada era ini terjadi banyak deviasi atau penyimpangan dalam implementasi Pancasila karena kepentingan kekuasaan. 

Pada era reformasi, nilai-nilai tersebut justru dirontokkan dan diganti dengan nilai asing individualisme-liberalisme yang sangat tidak cocok dengan basis kulturalis bangsa kita. Akibat yang terjadi adalah munculnya kebebasan nyaris tanpa batas dan keterbukaan amat lebar.

“Hemat saya berawal dari sinilah kemudian secara derivatif bermunculan berbagai permasalahan bangsa-negara. Pergeseran nilai ini seperti membuka kotak pandora sehingga kerap terjadi turbulensi politik/pemerintahan yang diwarnai anarkisme, masalah hukum yang kian membesar, dominasi asing dalam ekonomi nasional, serta pergeseran budaya yang kian menjauh dari akarnya.”

Menurut Valens, demi kebebasan dan demokrasi kita telah menyingkirkan sekat-sekat pengaman kehidupan berbangsa-bernegara berdasarkan nilai-nilai Pancasila, sehingga memberi karpet merah bagi masuknya berbagai ancaman. 

Sumber ancaman “dari luar” yang perlu diwaspadai adalah pertama, “hegemoni global” terutama yang datang dari negara yang perilakunya hegemonis-predatoris, khususnya Barat pimpinan Amerika Serikat, serta Republik Rakyat China (RRC).

Kedua, “Ideologi Transnasional” yang bertentangan dengan Pancasila, seperti: Liberalisme, Khilafahisme, dan sebagainya.

Ketiga, “kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi”.

“Kalau kita tidak bisa mengikutinya secara intens dan mampu memanfaatkannya secara efektif, maka kemajuan tersebut akan digunakan negara-negara maju untuk memperdaya kita sehingga Indonesia akan tetap terbelakang,” pungkas Valens.

 

--- Simon Leya

Komentar